Jembatan Proyek Kalialang Dipaksa Menanggung Beban Berat Truk Tambang, Rambu MST 8 Ton Diabaikan


 


 SEMARANG, SIDAK86.COM- Aktifitas tambang di Kalialang, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, menuai sorotan. Investigasi menemukan persoalan serius lain di sekitar lokasi tambang Kalipancur. 


Sebuah jembatan proyek di jalur akses tambang yang setiap hari dipaksa menanggung beban jauh di atas kapasitasnya. 


Di lokasi, terpasang jelas rambu lalu lintas Maksimum Sumbu Terberat (MST) 8 ton. 


Rambu ini menandakan bahwa kendaraan dengan beban melebihi batas tersebut dilarang keras melintas demi menjaga struktur jembatan dan mencegah kerusakan atau ambruknya konstruksi.


Namun, temuan di lapangan justru menunjukkan fakta sebaliknya. Hampir setiap hari, truk-truk pengangkut tanah dan material tambang berbobot rata-rata 24–28 ton melintas bebas melewati jembatan itu. 


Tidak hanya satu atau dua, tetapi puluhan unit keluar-masuk kawasan tambang tanpa pengawasan apa pun dari petugas.


Bahkan pada hari libur, aktivitas tersebut tetap berlangsung. Deretan truk berkapasitas besar, sebagian menggunakan bak modifikasi berukuran jumbo, melintas tanpa henti di atas jembatan yang hanya didesain untuk beban ringan.


Seorang warga yang tinggal tak jauh dari jembatan mengungkapkan kekhawatirannya. Akses jembatan tersebut merupakan jalur utama penghubung sampangan dan gunung pati. 


“Itu jembatan sebenarnya untuk kendaraan kecil. Tapi truk besar lewat terus, siang malam. Kalau jembatannya putus, warga yang kena imbasnya,” ujar seorang warga yang meminta identitasnya tidak ditulis.


Pantauan di lapangan, Minggu (16/11) pelanggaran berat ini bukan hanya masalah kedisiplinan lalu lintas, tetapi juga indikasi pembiaran oleh pihak berwenang. 


Dalam kondisi normal, truk tambang dengan berat lebih dari 20 ton seharusnya memiliki jalur khusus atau rute alternatif yang sesuai standar kapasitas jembatan.


Namun, dengan minimnya pengawasan, jembatan ini akhirnya menjadi “korban” berikutnya dipaksa menopang beban berulang yang tak sesuai dengan spesifikasi konstruksinya.


Keberadaan rambu MST 8 ton yang terpasang di ujung jembatan hanya menjadi pajangan tanpa fungsi. 


Padahal dalam aturan kehati-hatian konstruksi, beban berlebih yang melintas berkali-kali dapat menyebabkan keretakan struktural tersembunyi, yang sewaktu-waktu dapat memicu kegagalan total konstruksi.


Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan hanya lingkungan yang terancam oleh aktivitas galian, tetapi juga keselamatan warga yang setiap hari melintasi jembatan tersebut.


(Rianto/red) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama